Tuesday, July 27, 2010

Tuhan Suka Angka NOL

     Masih ingat dengan perumpamaan Yesus mengenai talenta dalam Matius 25:14-30? Kisah ini seringkali dihubungkan dengan uang, harta, atau pun sebuah pekerjaan. Namun dalam renungan kali ini, saya akan menghubungkannya dengan kekosongan. Yup, emptiness ... Tahukah kamu kalau Tuhan senang dengan angka nol? Karena Tuhan ingin menjadi angka 1, 2, atau 3 di depan angka nol tersebut, supaya angka nol yang tidak ada nilainya itu menjadi bernilai karena ada Tuhan dalam angka nol tersebut. Hitung ada berapa nol dalam jumlah 1 milyar rupiah atau 1 triliyun rupiah, tapi coba bayangkan apa arti dari angka-angka nol yang berderet itu tanpa angka 1 di depannya. 

SANG TUAN MARAH
     Perumpamaan ini tentang seorang Tuan yang memberikan jumlah talenta yang berbeda-beda kepada ketiga hambanya. Hamba pertama mendapat 5 talenta, hamba kedua mendapat 2 talenta, dan hamba ketiga mendapat 1 talenta. Tidak ada informasi mengenai alasan sang Tuan memberikan jumlah yang berbeda kepada ketiga hamba tersebut. Yang kita ketahui secara jelas, di akhir cerita, hamba pertama dan kedua dipuji sebagai hamba yang bertanggung jawab dan setia. Dapat disimpulkan bahwa sang Tuan memberikan talenta berdasarkan takaran karakter yang dimiliki oleh hamba-hambanya itu, karena itulah pujian yang diberikan kepada hamba pertama dan kedua, tentang betapa bertanggung jawab dan setianya mereka atas kepercayaan yang telah diberikan oleh Tuannya. Yang artinya setiap orang bisa memiliki sikap seperti ini, tidak peduli dia dari latar belakang apa, fisiknya seperti apa, dan statusnya seperti apa. Namun ada hal yang cukup mengganjal pikiran saya ketika membaca berulang kali perumpamaan ini. Kenapa sang Tuan begitu marah kepada hamba ketiga, padahal dia tidak kehilangan talenta tersebut? Memang dia tidak mengembangkannya, tapi harap dicatat, dia tidak kehilangan! 

KELEMAHANKU, KEKUATANNYA
     Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ijinkan saya bercerita tentang Saulus, musuh yang para pengikut Yesus, 2000 tahun lalu. Kita tahu bahwa Saulus menyiksa jemaat mula-mula dengan begitu hebatnya. Stefanus, salah satu pengikut Yesus, mati ditimpuki batu dengan persetujuan Saulus (Kisah Rasul 6-7). Saulus, seorang yang kaya, berpendidikan tinggi, dan dari keluarga terhormat pada saat itu. Dia memiliki segalanya, kecuali Yesus. Suatu hari Saulus bertemu dengan Yesus dan singkat cerita, dia bertobat. Kitab Galatia 1:17 mencatat setelah pertobatannya, Saulus pergi ke tanah Arab dan Damsyik untuk beberapa waktu. Para ahli Alkitab memperkirakan bahwa saat berada di tanah Arab dan Damsyik itulah Tuhan mulai mengosongkan diri Saulus dan mengisinya dengan kehendak Roh Kudus. Membuang setiap ego, pemikiran lama, kehendak pribadi, dan apa pun yang selama ini dianggap benar oleh Saulus. Pernyataan ini dapat dibuktikan dari perubahan yang terjadi dalam diri Saulus, yang pada akhirnya berubah nama menjadi Paulus.
     Dalam kitab Kisah Rasul, Paulus, mantan teroris ini, berubah menjadi salah satu orang yang pantang menyerah, setia, dan melimpah dengan kasih karunia. Beberapa kali dia dirajam batu, kelaparan, dan kehausan, dan hebatnya, Paulus tetap setia melayani Tuhan. Paulus sudah berubah! Salah satu adegan paling klasik tentang Paulus adalah saat dia memohon kepada Tuhan untuk mencabut duri dalam dagingnya, yaitu utusan Iblis yang berusaha membuatnya mundur, Tuhan menjawabnya,“Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” Dan Paulus mengamininya dengan mengatakan,”... aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Baca 2 Korintus 12 : 9-10.

KOMBINASI YANG WAJAR
     Kembali ke perumpamaan dalam talenta. Mengapa sang Tuan begitu marah kepada hamba ketiga? Jawabannya sederhana, karena hamba ketiga ini tidak percaya kepada sang Tuan yang menyatakan kalau dirinya sanggup melakukan hal seperti yang dilakukan kedua hamba lainnya. Tahukah kamu kalau hamba ketiga ini adalah gambaran manusia yang paling tepat bagi Tuhan untuk menyatakan diriNya lebih daripada hamba pertama dan kedua? Hamba pertama dan kedua ibarat tipe manusia yang memiliki segala sesuatu secara cukup, bahkan berlebih. Fisik menarik, kemampuan hebat, keluarga baik-baik, ekonomi mapan, dan otak yang pintar. Saat kedua orang ini memberikan diri kepada Tuhan, orang-orang di sekelilingnya tidak akan heran kalau mereka ini akan sukses suatu hari nanti. Karena sejak awalnya mereka sudah ada dalam kondisi yang baik. Orang lain akan memandang kesuksesan mereka itu sebagai hal yang memang sewajarnya terjadi. Menarik, keluarga mendukung, punya banyak kemampuan, pintar, cinta Tuhan, dan sukses. Kombinasi yang wajar, bukan?

BEJANA KOSONG
     Tapi lihat bagaimana dengan hamba yang ketiga ini. Ibarat tipe manusia yang hidup dalam segala sesuatu yang pas, bahkan cenderung kurang. Fisik minim, keluarga berantakan, ekonomi pas-pasan, kemampuan minim, dan otak yang biasa. Saat mengikut Tuhan, manusia tipe ini seringkali berpikir ulang berkali-kali untuk memberikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena dia berpikir bahwa kalau memberikan semua yang ada padanya untuk Tuhan, tidak akan ada lagi yang tersisa dari dirinya. Saat uang di dompet sisa Rp. 20 ribu, dan harus diberikan kepada orang yang butuh, kemudian mulailah logikanya berputar. Percayalah, Tuhan tidak pernah mencuri dari kita. Dia inginkan yang terbaik untuk kamu dan saya. Yah, yang terbaik.
     Bila saat ini kamu ada di dalam kondisi yang kekurangan dalam segala hal, lemah, tidak percaya diri karena memiliki fisik yang biasa, dan tidak memiliki banyak keahlian, percayalah kalau kamu mau serahkan diri kepadaNya, maksud saya di sini, serahkan seluruh hidup kamu kepadaNya, Dia akan menyatakan diriNya dengan sangat luar biasa dan dahsyat dalam hidupmu. Bahkan DIA akan lakukan hal-hal yang di luar pemikiranmu. Just put all your trust in Him. Tuhan yang kita sembah tahu benar apa arti kata YANG TERBAIK! Bejana yang kosong adalah tempat yang sangat tepat bagi Tuhan untuk menyatakan segenap pribadiNya ... kalau saja kita mau berserah dan percaya.

No comments: