Tuesday, November 23, 2010

WHEN I DIE

Tiga bulan terakhir ini ada tiga anggota keluarga dari orang yang gue kenal meninggal. Gue datang ke sana untuk menghibur mereka yang ditinggalkan atau kadang sekedar bersilatuhrami. Entah kenapa gue lebih senang datang ke rumah duka, daripada ke pesta pernikahan.
 
Saat datang ke rumah duka kebanyakan mereka yang merasa dekat atau hidupnya dekat dengan orang yang meninggal biasanya sedang menangis dan duduknya dekat dengan peti mati. Beberapa yang tertawa dan asyik sendiri di rumah duka, biasanya bukan orang yang dekat dengan orang yang meninggal. Perhatian gue seringkali banyak terarah ke orang-orang yang bersedih.

Gue selalu bertanya-tanya seandainya gue suatu hari ada di dalam peti itu, apa yang akan orang rasakan ketika datang ke pemakaman gue? Apakah mereka bersedih atau bersukacita? Gue ingin mereka yang datang merayakan dengan banyak menyanyikan lagu-lagu yang upbeat bukan slowbeat, memakai pakaian yang warna-warni bukan bewarna gelap, bersukacita bukan bersedih, dan merelakan pergi bukan menangis meraung-raung seolah Tuhan jahat.

Seharusnya orang-orang yang di dalam Yesus tidak bersedih hati ketika berada di pemakaman, tidak dibalut pakaian bewarna gelap, dan menyanyikan lagu-lagu sendu saja. Karena untuk mereka yang mengenal Yesus, saat mereka meninggal, mereka bukan pergi meninggalkan keluarganya, tapi justru dia pulang ke rumah Bapanya.

Gue selalu membayangkan sebuah pesta di pemakaman anak-anak Tuhan lebih meriah bahkan daripada pesta perkawinan atau pesta kelahiran. Orang-orang yang meninggalkan dunia ini dengan iman tetap kepada Yesus menurut gue layak mendapat perayaan dan penghargaan yang luar biasa meriah. Karena kita tahu bahwa dia telah berjuang dalam pertandingan imannya di dunia dengan baik dan kembali ke rumah asalnya sebagai orang yang lebih dari pemenang.

Be An Inspiration

Without limbs, but with great GOD
Ada tiga pertanyaan besar yang seringkali muncul dalam setiap manusia:
1. Dari mana dia berasal
2. Untuk apa dia ada di dunia ini
3. Kemana dia akan pergi nanti setelah meninggal

Banyak orang mendapat jawaban yang salah mengenai ketiga hal di atas dan itu membuat orang salah menentukan arah hidupnya. Gue pun salah satu yang pernah menanyakan hal tersebut dalam hidup gue dan mendapatkan jawaban yang salah. Tapi sekarang gue sudah menemukan jawaban yang benar untuk semua pertanyaan di atas. Kalau kamu masih baru bisa menjawab dua dari tiga pertanyaan di atas, kamu masih harus cari jawaban untuk satu pertanyaan sisanya.

Kalau saja semua orang yang percaya Yesus tahu bahwa dirinya adalah garam dan terang dunia (baca artikel Salt and Light), pasti dia nggak akan pernah sembarangan dengan hidupnya.

Sebuah survei yang gue baca beberapa waktu lalu, lupa di website apa, mengatakan kalau sejak tahun 2000 lalu kasus bunuh diri meningkat drastis, terutama di kalangan anak muda / remaja. Mengenaskan banget bacanya. Yang gue tahu sekitar 15 tahun lalu, kasus bunuh diri biasanya dilakukan oleh orang-orang dewasa seperti para pengusaha yang bangkrut atau orangtua yang terlilit hutang dan tidak bisa membiayai keluarganya. Tapi sekarang dunia sudah berbeda. Berbagai surat kabar menulis belakangan ini banyak anak muda bunuh diri hanya karena kalah taruhan bola, diputusin pacar, nggak dapat pekerjaan, malu karena sering diejek temannya, dan hal konyol lainnya. Tidakkah mereka tahu kalau hidup mereka itu berharga?

Well actually, I was one of them. Gue pernah beberapa kali mencoba bunuh diri dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan pisau dan cutter. Penyebab utamanya karena depresi dan sebagian penyebab lainnya karena sesuatu yang nggak jelas (moody). Gue ingat suatu hari waktu gue sedang dalam kondisi depresi berat, saat itu gue sudah menjadi orang Kristen, gue merencanakan untuk bunuh diri untuk ke sekian kalinya. Nggak disangka hari itu di sekolah, seorang teman mengajak gue ngobrol dan dia curhat kalau hidupnya berantakan, orangtuanya selalu ribut, dan hidupnya sama sekali jauh dari indah, dia ingin bunuh diri atau setidaknya minggat dari rumah. Tapi dia bilang,"Setiap kali gue mau lakukan hal itu, gue selalu ingat sama diri lu. Gue tahu hidup lu juga kacau, tapi gue heran kenapa lu selalu bisa tersenyum dan seperti tidak ada masalah yang terlalu berarti di hidup lu. Gue tahu itu karena Yesus."

Hari itu gue seperti disengat listrik dan tiba-tiba sesuatu di dalam diri gue bergejolak. Gue jadi sadar mungkin terkadang gue pikir hidup gue ini nggak berguna. Mungkin nggak berguna buat gue, tapi bagaimana untuk orang lain? Ternyata hidup gue dilihat oleh orang lain dan itu bisa menyelamatkan mereka, ya seperti cerita teman gue tadi itu.

Gue mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup gue hari itu. Gue berjanji kalau gue nggak akan pernah mencoba bunuh diri lagi, gue mau buang semua pikiran dan perasaan negatif gue. Ya, memang terkadang dalam hidup kita ini muncul perasaan atau pikiran yang nggak enak, tapi gue nggak mau terpengaruh sama hal itu. Gue nggak mau dikontrol sama hal negatif. Nggak ada hal di dunia ini yang sama sekali layak untuk membuat kita sampai harus bunuh diri.

Janji gue hari itu, "Gue mau bangun pagi setiap hari dan melakukan seluruh aktivitas gue pada hari itu dengan baik. Sekalipun mungkin hati gue sedang kacau, mungkin gue sedang dalam masalah yang berat, tapi gue mau jalani kehidupan gue setiap hari dengan cara yang terbaik. Karena mungkin ada orang di luar sana yang sedang depresi dan ingin mengakhiri hidupnya dan melihat hidup gue, dia jadi diselamatkan."

Andai saja semua orang bisa membaca hati dan pikiran semua orang, percayalah kalau kita menjalani kehidupan kita dengan cara terbaik, dengan cara ilahi, ada banyak orang yang berterimakasih karena merasa diselamatkan oleh gaya hidup kita.