Friday, May 7, 2010

My feeling is so thrilling ...

As I know that my life has three parts: body, soul, and spirit. Selama gue hidup di dunia ini, gue harus hidup berurusan dengan ketiga bagian ini. Seperti halnya sebuah kesatuan, harus ada yang memimpin, entah tubuh, jiwa, atau roh. Kalau menurut Firman Tuhan pada saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita harusnya hidup dipimpin oleh Roh.Yeah yeah yeah, right ... jelas sulit sekali hidup dipimpin oleh Roh. Sejak kecil gue dan kebanyakan orang lain, dididik untuk hidup hanya dengan hal-hal yang bisa disentuh, dilihat, didengar, dan dirasakan. Kasarnya, sesuatu itu baru dianggap ada kalau bisa dilihat, disentuh, didengar, atau dirasakan. Kelima indera gue begitu tajam terasah dengan hal-hal yang bersifat jasmani dan jiwani. Seringkali penilaian dan apa yang gue lakukan hanyalah based on my feeling and my sight.

Pernah ada seorang pria dengan codet di wajahnya, tanpa alas kaki, memegang perutnya seperti orang kelaparan, dan meminta-minta di lampu merah. Melihat perawakannya yang segar bugar, membuat gue jadi males untuk memberi uang ke dia. Di lain kesempatan, gue melihat seorang anak kecil, dengan gaya yang sama, memegang perut seperti orang kelaparan dan tanpa alas kaki, meminta-minta di lampu merah, dan gue berikan dia uang. Apa pelajaran yang gue dapatkan di sini? Gue melakukan belas kasihan hanya berdasarkan indera dan perasaan gue saja. Karena jangan-jangan yang sebenarnya belum makan itu adalah di pria bercodet tadi.

Hari itu Tuhan mengajarkan gue sesuatu tentang perasaan. Kita melakukan segala sesuatu harus berdasarkan apa yang Firman Tuhan ajarkan. Apa yang Tuhan ajarkan mengenai orang-orang miskin? Baca dan cari di Alkitab. Itu yang kita pegang dan kita memberi berdasarkan hal tersebut. Sekali lagi, apakah perasaan itu penting? Ya, perasaan penting, hanya saja jangan kita melakukan segala sesuatu berdasarkan perasaan, tapi lakukan berdasarkan kebenaran yang kita tahu dan pelajari dari Firman Tuhan. Indera dan perasaan kita bisa menipu karena mudah berubah-ubah berdasarkan situasi dan kondisi, tapi kebenaran Firman Tuhan itu firm dan solid.

Istri gue pernah bilang kepanjangan dari BIBLE adalah Basic Information Before Leaving Earth. It's so true. Read your bible and live by it! 

Thursday, May 6, 2010

God is enough ...

Hidup tidaklah mudah. Saya ingat sekitar 25 tahun yang lalu, saya pernah hidup dalam kelimpahan, secara materi. Segala sesuatu di dalam hidup saya serba berlebihan. Apa pun yang saya inginkan bisa dibeli dengan uang orang tua saya. Sampai akhirnya Tuhan ijinkan sesuatu terjadi dalam keluarga saya di mana untuk mendapatkan segala sesuatu, saya harus berjuang dan hidup dari satu pilihan sulit kepada pilihan sulit lainnya. Masa-masa itu adalah masa terberat bagi keluarga saya. Saya ingat pernah menjadi tukang ojek, nyupir mikrolet, dan ngamen dari bus ke bus, untuk nyari uang tambahan. Saya mengutuki kehidupan saya waktu itu, bahkan saya pernah begitu membenci hidup saya, karena saya berpikir dan merasa hal ini tidak adil. Muncul pertanyaan 'Kenapa harus terjadi di hidup saya?' yang terus menerus berdengung di kepala. 'Ya, kenapa saya?' itu yang selalu saya dengungkan di dalam batin saya. Saya begitu minder, marah dan benci begitu banyak orang, yang belakangan saya sadari bahwa hal ini karena saya begitu membenci diri saya sendiri dan mengasihani diri saya. Pernah ada seorang teman, seorang anak Tuhan, bilang 'Zal, lu harus kasih kesempatan ke diri lu, jangan lu terus tekan diri lu'. Awalnya saya tidak mengerti kenapa dia ngomong seperti itu ke saya, karena saya berpikir bahwa saat itu saya benci dengan situasi dan kondisi di sekeliling saya, bukan ke diri saya sendiri.

Saya harus jujur bahwa saat itu saya sering membayangkan rasanya menjadi orang kaya, punya banyak uang, dan bisa melakukan apa pun yang saya sukai, pergi kemana pun saya suka. Tidak perlu banyak pertimbangan untuk mengeluarkan uang demi sesuatu yang saya inginkan, tidak perlu minder pada saat seorang teman atau seorang wanita yang saya sukai mengajak pergi jalan-jalan. Saya sering melamun di kamar tidur saya dan membayangkan hal itu terjadi di dalam hidup saya. And you know what, sampai hari ini, hal tersebut tidak terjadi. Saya bersyukur hal itu tidak terjadi. Tuhan memberi saya kelimpahan dengan caraNYA yang tepat bagi saya, bukan dengan cara yang saya inginkan. Saya merasa Tuhan mendengar keinginan yang terdalam dari suara hati  saya, bahwa yang saya butuhkan lebih dari sekedar uang atau materi. Saya butuh kasih yang sanggup menerima saya apa adanya. Dia tahu kebutuhan saya. Kasih yang tidak terbatas jumlahnya bagi diri saya, apa pun keadaan saya. Saya pikir sebenarnya inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan orang yang mencari sesuatu di dalam dunia ini. Ya, the unlimited and unconditional love. Kasih sayang yang tidak pernah meninggalkan dan menolak kita. 

Apa yang paling kita takutkan dari sebuah kehidupan ini? Apa kita takut lapar, haus, malu dengan pakaian yang itu-itu saja, wajah buruk karena tidak dirawat dengan obat yang mahal, kesepian karena ditinggalkan orang yang kita kasihi, sedih karena harus meninggalkan orang yang kita sayangi, atau bahkan kita takut menderita karena tidak cukup makan makanan bergizi lalu mati karena miskin? Actually, bagaimana pun juga suatu hari kita akan mati, entah dalam keadaan badan yang sehat berotot atau pun kurus ceking kekurangan gizi. Dan tahukah Anda, setiap manusia di muka bumi ini beberapa menit menjelang kematiannya akan menghadapi kematian itu man to man. Ya, kita akan sendirian menghadapinya, sekalipun di sekeliling tempat Anda berbaring ada begitu banyak orang. Kalau kita mau pikirkan dan renungkan baik-baik, ternyata bukan materi atau manusia yang bisa menjamin kehidupan kita senang dan bahagia. Ada sesuatu di dalam diri kita yang tidak bisa diisi dengan materi atau keberadaan orang-orang terdekat di hidup kita. 

Saya rasa itu sebabnya Tuhan menawarkan diriNya untuk mengisi hati kita. Dia tahu sekali manusia butuh lebih dari sekedar materi atau orang-orang yang disayangi untuk bisa bertahan dalam hidup ini. Dia tahu sekalipun dunia kita dikelilingi dengan segala sesuatu yang kita inginkan, at the end, kita tetap butuh keberadaan Dia. Dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup kita satu per satu dari awal, tapi Dia sanggup langsung menajwab sampai ke pertanyaan terakhir hidup kita. Namun sayangnya, perpektif kita sering kali terbalik. Kita merasa bahwa keberadaan Dia justru tidak cukup bagi kita. Ya, saya adalah salah satu orangnya. Ketika ada sesuatu yang sepertinya mendesak dan sangat saya inginkan untuk saya miliki, terkadang saya merasa Tuhan saja tidak cukup. Pernah saya berpikir, mengikuti jalan Tuhan akan membuat saya kehilangan banyak hal dan banyak orang yang saya sayangi dan hal itu akan merugikan hal saya.

Ya, memang saya akan kehilangan apa yang saya pikir penting, apa yang saya pikir saya butuh, dan apa yang saya pikir saya inginkan. Namun saya sadari ketika saya dapatkan Tuhan, seharusnya hal itu cukup bagi saya, karena saya dapatkan segalanya. Daud pernah berkata Allah adalah pribadi yang paling dia inginkan untuk selalu ada bersamanya di sisa hidupnya. Daud tahu benar pada saat dia mendapatkan Allah, dia mendapatkan segalanya, baik yang dia inginkan atau pun yang dia butuhkan. Daud tahu sekali semua materi, semua orang yang dia kasihi, semua yang pernah dia kumpulkan, akan terlepas dari dirinya saat dia mati. Dia sadari, baik dalam kehidupan atau pun kematiannya nanti, hanya Allah yang sanggup untuk selalu ada bersamanya.

Bukan berarti segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan Tuhan itu tidak penting, hanya saja hal itu tidak dapat memuaskan kita. Carilah materi, penuhi kehidupan dengan apa yang kita butuhkan, itu tidak salah. Dekatlah dengan orang yang kita sayangi, supaya hidup kita terasa penuh warna, ini pun tidak salah. Namun ketahuilah pada akhirnya nanti kita semua akan kembali kepadaNya. Jangan terlambat menyadari suatu hari nanti sebenarnya Tuhanlah yang kita perlu cari dan dekati di dalam hidup dan mati kita.