(Misalnya: Pernah suatu hari gue ditanya orang, kalau suatu hari gue melamar seorang wanita, gue mau melakukan apa. Saat itu gue jawab, yah langsung lamar aja ke orang tuanya. Dan pas malam harinya gue merenungkan jawaban gue. Malam itu gue berpikir, mungkin untuk pertanyaan satu itu gue harusnya menjawab, gue pengen melamar wanita itu dengan mengajaknya naik ke atas gedung yang paling tinggi. Cuma ada gue dan wanita itu dan di sana gue sudah siapkan sebuah tulisan "Would you marry me?" di sebuah dinding dengan piloks warna merah). Itu contoh sederhananya. Hal ini membuat gue jadi suka merencanakan dan memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Memikirkan jawaban-jawaban yang belum pernah ditanyakan ke gue. And it works, gue jadi orang yang kata orang seringkali punya jawaban untuk segala sesuatu, punya jalan keluar untuk berbagai masalah. Tapi sebelnya, orang-orang jadi suka beranggapan negatif. Mereka bilang gue pintar ngeles-lah, pintar memutar balikan faktalah, selalu bisa jawablah dan bla bla bla yang lain. Padahal sebelum mereka bertanya, gue bahkan udah memikirkan jawaban pertanyaan itu. Gue hanya menyadari betapa hebatnya Tuhan menciptakan otak kita dan gue hanya berusaha memanfaatkannya sebisa gue.
Hal di ataslah yang mendominasi kepala gue untuk terus mengajukan pertanyaan "What is my life about?" Dan gue nggak menemukan jawabannya. Salah satu pertanyaan sulit yang gue ajukan untuk diri gue sendiri dan gue tidak mendapat jawabannya sampai beberapa tahun dari pertanyaan itu gue ajukan ke kepala gue.
Pernahkah mendengar sebuah cerita tentang David Livingston, yang rela mati untuk orang-orang di pedalaman Afrika, tentang Dr. Paul Brand yang mendedikasikan hidupnya untuk menjadi 'rumah' bagi orang-orang kusta di India atau mungkin tentang seorang nenek tua yang setiap malam berdoa di kolong rumahnya yang reot, kotor dan gelap hanya untuk pertobatan seorang preman yang sering memintainya uang? Gue heran entah apa yang ada di kepala mereka, ya ... mungkin lebih tepatnya, apa yang ada di hati mereka. Apa yang bisa membuat mereka merelakan begitu aja umur mereka, hidup mereka bahkan seluruh pikiran, tenaga, waktu, materi dan perasaan mereka hanya untuk orang-orang yang mereka nggak kenal. Bahkan untuk orang-orang yang memanfaatkan mereka. Orang normal macam apa yang melakukan hal itu?
Salah satu tangan David Livingston rusak dengan hebat akibat melawan beruang dan tanpa memasukan kata menyerah dalam otaknya, dia selalu tetap kembali ke Afrika dan pada akhirnya meninggal di sana, Dr. Paul Brand membuang seluruh impiannya menjadi dokter mahal di Amerika dengan pergi ke kota kecil di India dan hidup di sana dengan para penyandang penyakit kusta nyaris seumur hidupnya, Corrie Ten Boom seorang penginjil wanita yang rela meringkuk dari satu penjara ke penjara lainnya hanya untuk memberitakan kebenaran bagi orang-orang terhilang. Dipukul, dihina, diludahi, nyaris dibunuh, kelaparan, pusing, haus, penuh masalah, hampir kehilangan akal, berkeringat, menangis, merasa sendiri, putus asa, menjadi bagian besar dalam kehidupan mereka. Tapi dengan tegar mereka tetap berdiri di sana dan rela mati untuk sesuatu yang mereka yakini dan mereka perjuangkan. Mereka tidak memilih hidup terkenal, nyaman, hidup tenang, masa tua yang aman atau kehidupan yang serba cukup, tapi mereka memilih berdiri membela orang-orang mereka kasihi, bahkan orang-orang yang tidak mereka kenal.
Kisah tentang orang-orang di atas benar-benar menghancurkan cara pikir gue selama ini tentang kehidupan. Benar-benar membuat berantakan konsep tentang suatu kehidupan di kepala gue. Sampai akhirnya suatu hari Tuhan dengan lembut membisikan 'Hidup ini tidak selalu tentang kita. Hidup ini juga untuk mereka."
In my real life, I'm not perfect kind of person. Ada begitu banyak kegagalan yang gue bikin, begitu banyak kesalahan gue yang tidak tertebus, begitu hebat kekurangan dalam hidup gue, begitu besar dampak perbuatan gue yang merugikan banyak orang. Singkat kata, begitu besar lubang dalam hidup gue. Amazingly, God with His mighty grace erased it all. Dengan tanganNya yang kuat dia angkat hidup gue lagi dan memberi gue kekuatan menghadapi segala konsekuensi perbuatan gue. Dia mau berjalan bersama gue. Menambal lubang besar dalam hidup gue sedikit dengan sedikit. Membantu gue mengangkat batu untuk menambal setiap luka hati gue. Ketika gue kembali terjatuh, gue kembali melubangi kertas kehidupan gue, dengan lembut dia bilang "Come on, get up and walk with Me. It's okay. You can do it." Tuhan yang adalah Tuhan dengan sabarnya menjaga kehidupan gue, dengan sabarnya terus memberi gue kesempatan. Dia nggak pernah menyerah untuk hidup gue. Untuk apa? Supaya gue melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Dan itu tidaklah mudah.
Saat gue berpikir kenapa hal buruk terjadi dalam hidup gue, kenapa gue bisa kehabisan uang, kenapa gue tidak bisa meraih apa yang gue inginkan, kenapa gue harus ada di tempat seperti ini, kenapa gue merasa kelaparan, kenapa gue merasa sendiri, kenapa gue selalu sial, kenapa gue tidak bisa melakukan apa-apa, kenapa gue seperti itu dan itu. Gue selalu teringat kehidupan ini tidak selalu tentang gue. Ada Tuhan yang selalu perhatikan kehidupan gue dan gue tidak perlu meragukan kehebatan Dia dalam hal menjaga gue. Gue hanya perlu bersyukur untuk setiap perhatian Dia, baik itu menurut mata gue adalah kesedihan atau pun tawa. Dia tau yang terbaik untuk gue. In other side, masih ada banyak yang harus gue kerjakan untuk orang lain. Ada begitu banyak yang harus gue kejar di depan gue. Masih ada begitu banyak orang yang lebih butuh perhatian gue daripada rengekan dan keluhan-keluhan tidak penting dari gue. Ayo kita bangun dari tidur dan mimpi panjang kita. Di luar sana ... yup, di luar sana, ada ratusan juta orang menunggu hidup kita dan menunggu perhatian kita. Mereka menunggu hidup loe dan hidup gue.
"Tuhan memanggil kita dari gelap kepada terang. Tuhan memulihkan seluruh hidup kita. Dengan tanganNya sendiri Dia menambal seluruh lubang dalam hidup kita. Tuhan dengan sabar menantikan munculnya secercah 'kehidupan Yesus' dalam hidup kita. Semata-mata supaya kita bisa menjadi 'Penyelamat' bagi seluruh manusia di muka bumi ini."