Tuesday, May 6, 2008

Above All ... (by Michael W. Smith)

Above all powers, above all kings
Above all nature, and all created things
Above all wisdom, and all the ways of man
You were here before the world began

Above all kingdoms, above all thrones
Above all wonders the world has ever known
Above all wealth, and treasures of the earth
There's no way to measure what You're worth

Chorus:
Crucified laid behind a stone
You lived to die, rejected and alone
Like a rose trampled on the ground
You took the fall and thought of me
Above all ...

Belakangan lagi suka lagu ini. Liriknya bagus. Very touchy. Gue jadi inget sama temen kantor gue yang nggak percaya Tuhan. Dia selalu bilang kalo Tuhan itu nggak ada. Dan Alkitab itu isinya nggak valid. Mmh, gue pun pernah berpikir begitu. Memang kadang susah mempercayai hal yang tidak kita lihat sendiri. Tapi seandainya sudah kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, apakah kita sudah pasti akan mempercayainya 100%? Gue rasa enggak juga, ya. Buat orang yang sudah menikah, pasti tahu banget sama perkara seperti ini. Waktu janji nikah diucapkan dan dijawab dengan 2 kata sederhana, "I do." Apakah sesederhana itu waktu menjalani pernikahan? Gue yakin sih, nggak. Banyak orang dengan mudah mengatakan sebuah komitmen, kemudian dengan mudahnya juga membatalkan. Tentu dengan alasan tidak cocok, tidak sejalan, tidak satu visi dan sejuta alasan klise lainnya. Bukti janji nikah di depan altar dan di hadapan semua itu pada akhirnya cuma jadi sebuah 2 kata sederhana yang tidak ada artinya. Bahkan mungkin sudah dilupakan. Rasa percaya ternyata nggak semudah itu, ya, bisa dijalani. Sekalipun sudah ada bukti ikatan di depan Tuhan dan di depan semua orang. Bahkan sang pasangan pun sudah membuktikan melalui hidupnya bahwa dia sangat mencintai orang yang dinikahinya. Bukankah itu sebabnya dia berada di depan altar dan bersama-sama mengucapkan janji nikah? Ironisnya, ternyata hal itu saja tidaklah cukup untuk membuat seseorang percaya. Bagaimana halnya dengan Tuhan yang tidak terlihat?


Bagaimana dengan perbuatan Tuhan yang tidak terlalu nyata? Seperti halnya teman saya, mungkin kalau saja Tuhan menampakkan diri di depan wajahnya pada saat dia sedang bekerja atau sedang di kamar tidur, dia akan percaya kepada Tuhan. Tapi kenapa Tuhan tidak melakukan itu? Apakah Dia ada? Kalau Dia ada kenapa Dia tidak melakukan sesuatu? Sedikit bukti supranatural yang nyata bisa membungkam keraguan banyak orang atau bahkan bisa membuat seluruh dunia ini percaya kepadaNya. Tapi pertanyaannya, apakah benar hal itu bisa benar-benar terjadi? Apakah dengan melihat laut merah terbelah untuk kedua kalinya, atau melihat tiang awan dan tiang api berjalan mengiringi, atau air menjadi anggur, bisa membuat kita percaya sepenuhnya akan keberadaan Tuhan? Dan kita akan menyembah Dia seumur hidup kita?

Pertanyaan ini mungkin menjadi pertanyaan dari sekian juta orang di muka bumi ini. Pertanyaan bagi orang-orang yang merindukan melihat atraksi supranatural atau bukti nyata dari keberadaan Tuhan. Tapi sebelum kita bisa menjawab pertanyaan itu, jujurlah sedikit kepada perasaan kita. Apakah kita benar-benar bisa mempercayai seseorang yang sudah lama kita kenal? Percaya dalam arti sekalipun kita melihat ada sesuatu yang jahat (at least terlihat jahat dari mata kita) dari dirinya, kita masih bisa melihat harapan darinya tentang kebaikan. Apakah kita benar-benar bisa percaya seperti percaya kepada anak yang berumur 1 tahun itu suatu hari akan menjadi seorang pria dewasa yang mampu berlari kesana kemari tanpa harus lagi dipengangi?

Gue nggak berusaha menjawab pertanyaan di atas. Tapi yang gue tahu pasti, terlepas dari percaya atau tidak dengan cerita Alkitab, ada seseorang yang mati tergantung di atas kayu salib 2000 tahun lalu. Dia bukan orang spesial secara tampilan, banyak orang meragukannya, bahkan dia dianggap menghujat nama Tuhan yang maha besar itu. Setiap kata yang diucapkannya selalu dianggap sebagai penghinaan bagi Tuhan dan mujizat yang dilakukannya hanya dianggap sebagai tipuan saja. Anggaplah hal di atas benar. Anggaplah memang orang ini adalah penipu luar biasa yang sedang melakukan aksinya di bumi ini. Anggaplah memang dia adalah penghujat nama Tuhan yang sangat menghina kekudusan Tuhan. Anggaplah sampe titik itu semuanya benar.


Tapi chapter berikutnya, dia melakukan sesuatu yang tidak dilakukan para penipu lainnya. Dia dengan sukarela naik ke atas kayu salib, dipukul, dihina, dicaci maki, diludahi, dimahkotai duri, dan dipaku tanpa sedikit pun melakukan pembalasan. Dia bahkan tidak mengatai atau mengutuk para pelaku yang berbuat kasar terhadapnya. Dia adalah penipu yang sangat berbeda dengan penipu lainnya. Dan yang paling mengesankan penipu ini mengatakan kalau dia melakukan itu semua untuk mereka yang telah berbuat kasar kepadanya dan untuk dunia ini. Dia ingin, dengan naifnya, menanggung setiap kesalahan semua orang yang hidup di muka bumi ini. Anggaplah apa yang dia katakan terlalu berlebihan. Terlalu naif dan terlalu mengada-ada. Tapi kenyataan yang tidak bisa kita abaikan, dia melakukan 'kebodohan' itu sedangkan kita hanya bisa berkoar-koar mengatakan ini dan itu tanpa berbuat sesuatu apa pun untuk orang lain.